03 Desember 2007

Berwisata di Museum Tambang Bawah Tanah

GEDUNG itu baru saja direnovasi. Bangunan ini merupakan bekas tempat saringan dan pencucian batubara yang pernah dioperasikan koloni Belanda tempo doeloe, terdapat di Kelurahan Saringan, Kecamatan Berangin, Sawahlunto. Kini, bangunan bertingkat kokoh tahan gempa tersebut sebagian ruangannya menjadi Kantor Pariwisata Kota Sawahlunto. Di ruangan kantor ini wisatawan dapat mengumpulkan informasi tentang pengembangan kepariwisataan heritage tourism Kota Sawahlunto, terutama mengenai kelanjutan pembangunan kawasan Tangsi Baru, Kelurahan Tanah Lapang, Kecamatan Lembah Segar, sebagai situs pertambangan batubara bawah tanah tertua di Indonesia. Kepala Dinas Pariwisata Kota Sawahlunto, Drs Hendri Thalib, terlihat sibuk melakukan aktifitasnya. Di ruangan 4 kali 5 meter, ia menikmati tiupan kipas angin sembari terus menyelesaikan pekerjaannya yang masih terbengkalai di sebuah meja berukuran cukup besar. Maklum, Hendri Thalib ketika itu harus bergegas untuk menghadiri agenda rapat menyambut Hari Raya Idhul Fitri 1428 H mendatang. Menurut Hendri Thalib, pengembangan berbagai fasilitas sarana dan prasarana objek wisata di Kota Sawahlunto terus dilakukan guna menyongsong visi kota tahun 2020 yakni menjadikan Sawahlunto sebagai Kota Wisata Tambang yang Berbudaya. Sati di antara pokok pembahasannya adalah, kelanjutan pembangunan kawasan situs penambangan batubara tertua di Indonesia yang terdapat di kawasan Tangsi Rantai, RT IV/RW II Kelurahan Tanah Lapang. Lokasi ini, kata Hendri Thalib, mulai dikerjakan lagi setelah berhasil dibuka kembali bulan lalu sejak ditutup sekitar tahun 1932 oleh koloni Belanda. Untuk menanganinya pemerintah butuh biaya sekitar Rp 1 miliar, guna kegiatan rehabilitasai dan pengembangan situs pertambangan batubara tersebut menjadi objek wisata sejarah heritage tourism. Untuk pendanaan, Lanjut Hendri Thalib, ada gambaran akan dibantu oleh Pemerintah RI melalui Dirjen Sejarah dan Purbakala sebesar Rp 1 miliar, di bawah nilai proposal yang diajukan sekitar Rp 1,7 miliar. Dana yang Rp 1 miliar itu, rencananya akan digunakan buat penataan landscape kawasan, penataan lubang tambang batubara untuk objek wisata sejarah, pembuatan diorama, penerangan, penataan alur tempat orang berkunjung, renovasi dan membangun kembali kebentuk semula Gedoeng Pertemoean Boerouh (GPB) yang masih ada sampai saat ini untuk dijadikan sebagai pusat informasi situs pertambangan batubara bawah tanah Ombilin. "Dana bantuan Pemerintah Pusat itu masih belum kita terima dan tengah dalah proses realisasinya. Mudah-mudahan dalam waktu dekat dan tahun ini juga. Namun untuk pelaksanaan pengembangan tetap kita lakukan guna percepatan pengembangan situs ini" kata Hendri Thalib. (almudazir/indra yosef)

Tidak ada komentar: